Misteri Kepergian Ibu - 7 (FINAL)


Baca part sebelumnya:

Part 1

Part 2

Part 3

Part 4

Part 5

Part 6

Part 7:

Riana membuka diary milik ibunya kembali. Dia berharap ada titik terang yang akan menuntunnya menemukan jawaban atas misteri kepergian ibunya. Sejujurnya Riana merasa lelah karena terus berprasangka dan mudah merasa kesal pada orang lain karena hal ini. Tapi Riana masih yakin jika kepergian ibunya bukan lah hal yang wajar. Entah ini firasat atau apa namanya, yang jelas Riana berharap ada jawaban yang baik.

Mata Riana pun akhirnya terpaku pada tulisan terakhir milik ibunya. Tak terlalu panjang, tapi membuat Riana tak bisa berkedip sebentar saja.

Ini kah yang dinamakan keluarga? Bukannya melindungi malah ikut menyalahkan dan memberi saran yang menyakitkan. Malu katanya? Lantas ingin mengusirku dari sini? Oh, jadi kalian lebih mendengarkan perempuan asing itu di rumah ini?

Tunggu. Jadi, sebelum ini ibunya ingin diusir dari rumah mbah Miah karena dirasa membuat malu? Perempuan asing di rumah ini? Siapa? Lek Ani? Dia kan hanya menantu di sini? Apa Lek Ani merasa kalau ibu membuat keluarga ini malu karena terus mendatangkan gosip sehingga meminta Lek Ridwan dan mbah Miah mengusirnya? Ah, pasti seperti itu.

Tanpa pikir lagi, Riana langsung keluar mencari Lek Ani yang tampak sedang beberes di dapur.

"Lek, kalian sebelum ini pernah mau mengusir ibu?" tanya Riana tanpa basa-basi. Lek Ani yang sedang mencuci piring lantas menghentikan kegiatannya dan menatap Riana.

"Mengusir? Tidak sekejam itu, Na. Lek Ani hanya minta ibumu menyelesaikan masalahnya di sana," jawab Lek Ani.

"Kenapa? Lek Ani merasa malu ibu mendatangkan banyak masalah ke keluarga ini?" tanya Riana lagi.

Lek Ani menghembuskan nafasnya pelan, "Bukan malu. Tapi pusing. Setiap ada hal buruk yang diberitakan pada ibumu atau keluarga ini, mbah langsung drop. Makanya Lek Ani minta ibumu untuk pulang ke Jakarta."

"Tapi Lek Ani kan tahu, ibu ingin di sini. Ibu ingin melewati hari beratnya bersama kalian," seru Riana.

"Tapi Riana juga pasti tahu, kesehatan mbah Miah juga bukan hal yang bisa dilewatkan begitu saja. Mbahmu bahkan sempat dirawat di rumah sakit setelah merasa syok saat ada yang memaki ibumu di depan rumah," jelas Lek Ani.

"Tapi kalian keluarganya. Kenapa kalian sama sekali tak berempati pada ibu? Ini semua terjadi juga bukan kehendak ibu," kata Riana.

"Na, kami tahu apa yang dialami ibumu sangat berat. Sebagai keluarga, tentu kami akan melindunginya. Tapi jika ibumu sendiri yang bersikap tak pantas bagaimana?"

"Maksud Lek Ani?"

"Cacian dan gosip yang terus berdatangan membuat kejiwaan ibumu terguncang. Dia bahkan melakukan hal yang tak pernah kami duga hingga membuat kami bertengkar hebat malam itu."

"Apa yang ibu lakukan?" tanya Riana penasaran.

"Ibumu berkata bahwa Lek Ani pasti akan berselingkuh dan meninggalkan Lek Ridwan juga. Bahkan ibumu sampai mengambil pisau dan ingin membunuh Lek Ani sebelum benar akan merusak kebahagiaan adiknya."

"Apa??" 

"Tapi untungnya Lek Ridwan melihat hal itu dan bisa mencegah hal buruk terjadi. Hanya saja karena perdebatan serius itu Lek Ridwan sempat menampar ibumu dan membuat beliau syok. Sampai akhirnya ibumu memutuskan untuk bunuh diri."

"Bunuh diri?"

"Ya, ibumu memang bunuh diri, Na. Tapi tidak dengan gantung diri. Mungkin itu yang akan dia lakukan sebelumnya. Tapi ternyata tak berhasil. Dia pun memilih untuk menggunakan cara yang lain. Saat ditemukan, mulut ibumu berbusa. Ibumu meminum obat tidur dengan dosis berlebihan. Mbah Miah tak menyadari hal itu. Jadi, beliau menyebarkan kalau ibumu gantung diri."

Apa? Benarkah ini? Jadi, ibu memang benar ingin bunuh diri? 

Air mata kembali memenuhi kedua mata indah milik Riana. Akhirnya kenyataan ini pun terungkap. Ibunya memang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara seperti itu.

"Ini bukan salah ibumu, Na. Jika ingin menyalahkan, salahkan lah orang-orang yang telah membuat gosip tentang ibumu di sini. Ibumu tertekan dan terganggu kejiwaannya karena mendengar omongan mereka," kata Lek Ani kemudian.

"Kalau saja mereka tak bersikap sadis seperti itu, tentu ibumu akan baik-baik saja. Ibumu tak akan pergi dengan cara yang seperti ini," tambah Lek Ani.

Lek Ani benar. Jika saja mulut warga di sini tak setajam komentar nyinyir netizen di sosial media, pasti ibunya tak akan menjalani hari-hari buruk di sini. Ibunya juga tak akan meninggal dengan cara yang tak disukai oleh Tuhan.

"Bu Sri, dia adalah warga yang paling bersalah di sini. Dia yang paling menyakiti hati ibumu. Kamu perlu membuat perhitungan dengannya," ujar Lek Ani, memberi masukan.

"Bu Sri? Ibunya Andi?" tanya Riana tak percaya.

"Ibu angkat. Andi yatim piatu sejak SMA. Bu Sri adalah adik ibunya. Dia yang memaki ibumu hingga membuat ibumu digosipkan satu kampung," jawab Lek Ani. 

Andi yatim piatu? Apa ini alasan Andi terus menemani Riana setelah ibu pergi? Karena dia juga mengerti pahitnya kehilangan?

"Lek Ani tahu kalau Andi peduli sama kamu. Kamu bisa menggunakan cara itu untuk balas dendam pada ibunya," kata Lek Ani.

"Maksudnya?"

"Dekati Andi. Berikan harapan yang tinggi. Kalau perlu menikah lah sama dia. Setelah itu tinggalkan dengan berpacaran dengan lelaki lain. Dia menyalahkan status ibumu yang janda dan mau menggoda suaminya? Nah, kamu bisa membuatnya jera dengan menjadikan anaknya duda dan merasakan apa yang dirasakan oleh ibumu dengan statusnya itu," jelas Lek Ani.

Riana menatap Lek Ani tak percaya. Bagaimana bisa ide seperti ini terpikirkan oleh perempuan lemah lembut ini? 

"Seperti kamu, Lek Ani merasa tak terima atas sikapnya pada ibumu. Lek Ani ingin dia merasakan kepedihan yang kita rasakan juga," jelas Lek Ani.

Riana menatap Lek Ani dan tersenyum, "Tapi Riana tak mau mengorbankan hidup dan pernikahan Riana untuk hal seperti itu. Riana akan menganggap ibu benar bunuh diri. Jadi, semua ini berakhir."

"Tapi Na.."

"Riana tahu, pasti ada seseorang juga yang sudah menghasut ibu untuk bunuh diri dengan meminum obat tidur. Ibu tak pernah tahu obat semacam itu. Jadi, aneh jika ibu tiba-tiba terpikirkan cara itu."

"Maksud kamu?"

"Seperti yang sudah dilakukan Lek Ani tadi. Lek Ani melakukan hal yang sama pada ibu kan?"

"Maksudnya?"

"Riana rasa Lek Ani yang lebih tahu kejadiannya seperti apa. Ya sudah, Riana capek. Riana mau tidur."

Riana langsung berbalik dan berjalan menuju kamarnya. Sementara itu, Lek Ani menatap kepergian Riana dengan takut. Apa yang akan Riana lakukan padanya?

TAMAT


Waaah, masyaallah akhirnya cerita ini tamat juga. Sungguh lah memikirkan ending yang plot twist itu tak semudah ketika membaca novel atau menonton film gaes. Entahlah tujuan itu tercapai atau tidak. Tapi akhirnya legaaa karena tulisan sebagai penutup rangkaian tugas #batch9 #komunitasonedayonepost ini akhirnya selesai.

Terima kasih kepada seluruh pembaca yang menyempatkan diri membaca seluruh rangkaian cerita ini. Saya minta maaf jika hasilnya ternyata jauh dari harapan. Semoga kedepannya akan ada banyak karya saya yang lebih layak baca.

Sampai jumpa di karya saya yang lainnya.


Salam,

Putri.




Komentar

  1. Mantep cara Riana ngebalikin kata2 lek Ani! Harusnya direkam tuh trus ... (yah gajadi tamat nanti ceritanya) hhe.
    Anyway, good job, mba Putri!

    BalasHapus
  2. Asyik bacanya. Nyaris minim typo, jadi enak dibaca.

    BalasHapus
  3. Riana berani banget. Lek Ani harus diwaspadai.

    BalasHapus

Posting Komentar