Mengulik Sejarah di Cerpen "Dari Gunung Omeh, ke Jalan Lain di Moskow, Menuju Hukuman Mati di Kediri"



Membaca cerpen karangan Heru Sang Amurwabumi membuat saya seolah kembali belajar sejarah bangsa ini. Otak saya dibuat berpikir cerita ini membahas tokoh siapa, tentang peristiwa apa, hingga membuat saya memutuskannya untuk mencari di internet. 

Dari apa yang saya dapat, ternyata cerpen ini bisa dibilang sebagai bentuk fiksi dari biografi tokoh pahlawan nasional bernama Tan Malaka. Kenapa saya bisa tahu jika cerpen ini menceritakan sosok Tan Malaka? Padahal di bagian awal cerpen penulis hanya mencantumkan sosok 'dia' dalam ceritanya? Jawabannya ada pada catatan yang diberikan penulis di akhir tulisannya. 

Di cerita, penulis mencantumkan dialog tokoh yang menyebutkan bahwa dia mencintai negeri ini dengan madilog sebagai buktinya. Lalu di catatan yang penulis berikan, madilog adalah karya dari Tan Malaka. Jadi, saya berkesimpulan jika sosok 'dia' yang dimaksud adalah Tan Malaka. Ketika saya mencari tahu lebih lanjut tentang sosoknya, Tan Malaka ternyata lahir di Gunung Omeh, Padang, lalu menjadi aktivis di Moskow, dan terakhir ditembak mati di Kediri. Sangat sesuai dengan judul cerpennya kan?

Keren. Itu sepertinya kata yang pantas menutup cerpen ini. Penulis mampu menampilkan cerita sejarah bangsa ini menjadi lebih seru dan terasa nyata. Meski mungkin tetap dibumbui dengan beberapa adegan fiktif berdasarkan imajinasi penulis, tapi secara garis besar berdasarkan informasi yang saya dapat tentang Tan Malaka, memang ini lah yang terjadi dengan beliau sebenarnya.

Saya yang minim sekali ilmu sejarahnya juga jadi tahu bahwa ada sosok bernama Tan Malaka yang menjadi pahlawan nasional dari negara ini loh. Bukankah ini pertanda bahwa cara seperti ini cukup menarik untuk mengenalkan dan menjelaskan tentang sejarah bangsa ini? Saya jadi berharap jika kelak akan banyak penulis yang bisa membuat cerita sejarah bangsa ini dengan kemasan yang ciamik hingga mudah dipahami para siswa atau masyarakat luas.

Walau sejujurnya, kesan pertama saya pada cerpen ini adalah saya pasti akan sulit memahami dan merasa bahasanya cukup 'berat' karena menggunakan diksi yang tidak sederhana, seperti karya sastra zaman sekarang. Tapi kesan 'berat' itu ternyata sirna ketika semakin banyak kata yang saya baca.

Alur cerpen berjalan mulus, konflik yang disuguhkan juga terasa alami seolah pembacanya berada langsung di tempat kejadian. Saya malah menikmati dan merasa jika cerpen ini cukup menarik karena membahas hal yang berbeda. Bisa dihitung pakai jari kan penulis yang mengangkat cerita tentang ini? Mungkin ada, itu pun mungkin karena dia memang seorang penulis cerita sejarah di buku cerita atau buku sekolah anak-anak.

Ohya, satu hal yang menarik dari cerpen ini adalah perbedaan penggunaan sudut pandang tokoh. Di bagian awal, penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga dengan sosok "dia" adalah Tan Malaka. Tapi di bagian selanjutnya penulis mengganti sudut pandang menjadi "aku" yaitu sosok yang membunuh Tan Malaka. Saya jarang sekali menemukan cerpen seperti ini, berbeda dengan novel yang memang sudah banyak.

Bagaimana? Tertarik untuk membacanya kah? Silakan klik link di atas ya :)







Komentar

  1. Yap, tertarik. Karena Sejarah memang punya daya tarik tersendiri, apalagi untuk tokoh yang tak banyak di bahas saat berada di bangku sekolah dulu. Terimakasih kak ulasannya. Kereeeen

    BalasHapus
  2. Sepemikiran ma saya, Kak. Waktu pertama baca cerita ini, meski diksinya berat tapi kok ya asik bacanya yah. Ngalir.

    BalasHapus
  3. Walaupun saya bikin opini cerpen satunya lagi, tapi suka dengan cerpen ini karena plot twistnya bikin pembaca menebak-nebak kira-kira ini kisah siapa dan sekalian belajar sejarah

    BalasHapus
  4. Jujur aku menyerah waktu baca cerpen ini kak, agak memeras otak gitu :D

    BalasHapus

Posting Komentar