HALO BALITA: Dari Generasi ke Generasi

Hai, Bun..Ada yang punya buku ini juga kah di rumah?

Kalau ya, toss dulu ah. Ternyata kita satu frekuensi yah. Lalu masih ingat nggak dulu belinya kapan? Kalau saya beli buku ini ketika si kakak berusia 1 tahunan kalau nggak salah. Ini foto ketika paket buku Halo Balita sampai di rumah saya. Si kakak masih kecil banget kan?

Kalau dihitung-hitung, buku ini jadinya sudah 5 tahunan ada di rumah saya. Wuuiih, nggak nyangka banget loh. Serius. Saya jadi sesenang itu karena bisa menghemat jatah jajan buku anak-anak, hehe. Maklum saja, buku anak yang berkualitas bagus memang nggak murah. Harus nabung. Harus benar-benar menyisihkan. Tapi hasilnya benar-benar sesuai sih. Buku ini bisa digunakan dari generasi ke generasi. Dari si kakak, si tengah, dan sekarang si bungsu (iya bungsu, biar nggak ada adeknya lagi, haha). 

Terus selama lima tahun ini bukunya masih dibaca? Tentu saja iya. Bahkan si kakak yang sudah TK B itu, dia yang mengatur pergantian buku yang harus saya bacakan setiap malam. Misalnya hari Senin baca Halo Balita, Selasa baca buku dongeng, Rabu baca buku princess. Begitu. Jadi, buku Halo Balita tetap selalu masuk ke dalam daftar.

Apalagi saya memang sengaja meletakkan buku ini di lemari buku bagian bawah yang mudah dijangkau anak. Ketika mereka mau baca, tinggal ambil. Ketika mau dijadiin buat alas mainan, juga tinggal ambil. Alas mainan? Iya say. Dengan bentuknya yang kokoh karena berjenis boardbook, buku ini sering dijadikan piring, tembok, atau bahkan talenan ketika anak-anak mainan masak-masakan. Lah, dibuat mainan kok didiemin saja sih?

Eits, bukan tanpa alasan saya "cuek" begitu. Saya hanya ingin anak-anak akrab sama buku. Saya ingin anak-anak merasa buku adalah teman bermain mereka yang asyik. Kalau sudah merasa nyaman dengan buku, harapannya anak-anak akan dengan mudah untuk disuruh membaca buku atau belajar tanpa banyak drama. Keren kan?

Lalu hasilnya bagaimana sekarang?

Percaya atau nggak, si kakak setiap ada tugas sekolah justru dia yang semangat untuk kasih tahu dan mengerjakan. Dia akan bilang, "Bun, tadi dapat tugas dari Bu Guru" dengan langsung ambil tas dan mengeluarkan bukunya. Selama pengerjaan juga alhamdulillah lebih banyak mulusnya dibanding malesnya. Ada sih beberapa kali dia minta berhenti dulu ketika mengerjakan. Namanya juga anak-anak yang masih suka badmood. Tapi dia sendiri yang nanti 'sadar diri' untuk melanjutkan.

Ohya, buku Halo Balita ini juga sekarang sering dijadikan sebagai buku latihan membaca si kakak. Dia memang baru bisa membaca, jadi setiap bertemu kata dimana pun pasti langsung dibaca. Nah, buku ini membantu kakak melancarkan kemampuan bacanya. Kata-katanya mudah dipahami, hurufnya besar sehingga memudahkan kakak, dan gambarnya juga menarik sehingga kakak suka.

Si tengah juga begitu. Sekarang saya sedang fokus mengajarkan dia banyak hal sebagai pengganti jenjang TK A yang dilewatkan di sekolah. Jadinya setiap hari dia wajib belajar menggunakan buku. Setiap habis mandi dan sarapan pun dia akan sadar diri kalau saya ingatkan untuk belajar. Dia akan langsung ambil buku dan pilih buku apa yang sedang dia mau kerjakan. Mau buku gambar, buku latihan huruf, buku berhitung, apapun terserah dia. Yang jelas, dia mengambil buku sendiri tanpa harus saya suruh dengan teriak-teriak.

Si bungsu, yang usianya belum genap dua tahun gimana? Jelas dia juga nggak mau kalah. Setiap lihat kakak-kakaknya ambil buku dan mau belajar, dia pasti juga minta diambilkan buku beserta pensil atau pulpen. Setelahnya, saya membiarkan dia untuk bereksplorasi sendiri. Mau dicoret, diapain saja terserah. Saya memang menyediakan buku khusus untuk si bungsu agar bisa bebas dia coret-coret. Selain dicoret juga dia terkadang suka 'sok' bisa baca buku. Dia memperhatikan gambarnya sendiri, ditunjuk-tunjuk, kadang ngoceh nggak jelas. Malah bikin yang lihatnya jadi ketawa sendiri, hehe.

Tapi sejujurnya saya senang melihat itu semua terjadi di rumah. Hal yang saya lakukan sejak lama, yang saya tahu akan berbuah manis kedepannya. Mudah? Jelas nggak. Lihat buku harga jutaan yang dilempar, siapa sih yang nggak nyesek? Atau lihat bukunya dicoret-coret tanpa anak pernah mikir itu dibeli dengan menyisihkan uang untuk beli skincare, siapa sih yang nggak istighfar? Tapi semua itu terbayarkan dengan melihat betapa enjoynya mereka dengan buku.

Ini saya pelihatkan beberapa foto anak-anak ketika membaca Halo Balita, dari zaman si kakak sampai si bungsu. Ada banyak sebenarnya, tapi yang ketemu di hape hanya ini saja, huhu.



Lalu ini foto ketika mereka sekarang bisa anteng sendiri dengan buku:


Adem kan ya lihatnya? Nggak nonton tv, nggak main hape. Berasa lihat oppa Korea kesayangan lewat deh *eh.

Lalu kalau ada yang tanya tentang isi Halo Balitanya sendiri bagaimana? Apa bagus untuk anak? Saya bisa jawab dengan lantang, kalau buku ini bangus banget untuk anak. Buku ini terdiri dari 3 tema tentang keseharian anak yang patut dipelajari. Ini saya beri gambaran isinya:




Bisa dilihat sendiri kan betapa isinya sangat 'daging'? Kita bisa mengajarkan banyak adab dan peraturan untuk anak tanpa harus banyak babibu. Bacakan cerita, diulang-ulang, diberi penekanan, anak akan paham.

Yaah, meski kenyataan tak selalu berjalan mulus sesuai harapan, meski saya tak selalu berada dalam jalan kebenaran (suka malas, sok sibuk beberes, dan nggak konsisten) dalam menerapkannya di rumah, meski anak-anak tetap suka nonton tv atau main hape sesekali (ini akan jadi fokus saya berikutnya untuk mereka), tapi saya bersyukur karena memiliki buku Halo Balita ini di rumah. Bunda sekalian juga ada yang merasa begitu kah?

Btw, kok saya jadi berasa tukang dagang ini buku ya? Hehe.







Komentar