Dibalik Euforia Pembelajaran Tatap Muka Terbatas

Hai, Bun..
Bagaimana kabar hari ini? Semoga selalu bersemangat dan bahagia ya. Aamiin.

Beberapa minggu ini rutinitas para ibu sepertinya mulai berubah. Kalau dulu duduk manis menemani anak untuk sekolah daring, sekarang mulai sibuk wara-wiri antar anak pulang pergi ke sekolah. Rasanya? Jelas capek. Tapi entah kenapa malah bahagia. Kerinduan melihat anak bisa pakai baju seragam, masuk sekolah dan bertemu guru juga teman-teman di sekolah, entah kenapa menjadi hal yang dirindukan dan membuat bahagia.

Begitu juga halnya dengan saya. Sudah hampir tiga minggu ini kalau tidak salah anak saya yang duduk di TK B itu menjalani sekolah tatap muka (terbatas). Satu kelas dibagi menjadi dua sesi dengan tiap sesinya hanya 1,5 jam. Protokol kesehatan tentu tetap diterapkan. Cuci tangan setiap datang, cek suhu, dan pakai masker. Mau ditambah vaksin, tapi belum ada kan ya? Nggak sabar padahal nungguin vaksin anak-anak. Biar bisa ke mall lagi gitu *eh.

Di tengah keterbatasan saat sekolah sekarang ini, dapat saya pastikan jika anak saya bahagia. Dia jelas rindu sekolah dengan keadaan yang normal. Bisa masuk sekolah setiap hari, belajar bersama guru, bermain dengan teman, duh berasa banget yaa hal sederhana itu nyatanya jadi barang mewah saat ini?

Tapi sayangnya di tengah rasa kebahagiaan anak-anak dan mungkin juga orang tua, ada kabar tak enak yang mulai berdatangan. Data ini saya dapat dari postingan seorang dokter yang aktif berbicara soal covid 19. 



Bisa kita lihat kan, cluster sekolah mulai bermunculan. Anak sekolah yang positif covid juga terus bertambah. Ya Allah, jadi ngeri lihatnya.

Saya bukan mau menyingkirkan euforia sekolah tatap muka, tapi kiranya hal ini juga bisa kita perhatikan. Protokol kesehatan jelas harus tetap kuat, jangan lengah, jangan bosan dan malas. Masker tetap digunakan selama sekolah (ini saya selalu tekankan ke anak saya setiap hari, semoga dia taat), kalau memang sedang tidak sehat (murid atau pun gurunya) lebih baik tidak usah masuk. Hal lainnya tentu saja menjaga asupan makanan dan berdoa semoga selalu diberi kesehatan dan keselamatan.

Kita semua berharap semoga bumi lekas membaik. Anak-anak dapat sekolah dengan normal, kaum dewasa juga bisa beraktivitas dengan normal. Tapi jika situasi yang mulai 'agak aman' ini membuat kita lengah, bukan tidak mungkin jika situasinya bisa kembali parah kan?

Jadi, tetap jaga kesehatan ya. Tetap patuhi protokol kesehatan. Sampai jumpa di dunia yang sehat dan normal..

Salam,
Putri






Komentar

  1. Nah bener banget nih kak, buat guru pun sama dilematisnya.

    Diantara kami, ada yang sudah sepuh dsn kemarin gabisa vaksin karena alasan tertentu, skrg harus masuk mengajar, agak rentan juga kan yaa buat temen2 saya ini.

    BalasHapus
  2. Sebagai guru juga ketika pembelajaran daring, sudah rindu dengan mengajar langsung
    Eh mulai pembelajaran tatap muka tetap juga was-was, walaupun saya mengajar anak-anak tingkat menengah dan sebagian besar sudah vaksin, tapi pengawasan kita sebagai guru diluar sekolah g tau kalau ternyata mereka main dulu atau kemana, jadi mengakibatkan klaster baru.
    Walau katanya sudah aman, tp jangan sampai abai nanti melonjak lagi.
    Semoga anak kakak selalu sehat-sehat ya

    BalasHapus

Posting Komentar