Alyandra (Part 4)


"Andra aku minta ikut supaya bisa menemani Doni," jelas Rina ketika dia melihat tatapan bingung Alya pada Andra.

"Oh oke," sahut Alya singkat. Dia tak mau memusingkan hal ini. Kondisi mamanya lah yang harus diperhatikan.

Setelah memasukkan pakaian dan beberapa barang penting milik papa dan mamanya, Alya juga tiga orang itu langsung pergi menuju rumah sakit. Kali ini mereka pergi dengan menggunakan mobil Andra.

Apa ada hal yang mengganggu pikiran mama hingga beliau stress dan drop? Mungkinkah ini soal Alya yang diminta untuk lekas menikah? Kalau benar, apa yang harus Alya lakukan? 

"Al, mama pasti baik-baik saja. Kamu jangan khawatir," kata Rina ketika dia melihat Alya melamun sejak tadi.

Alya mengangguk, "Aamiin."

Begitu sampai di rumah sakit, Alya dan rombongannya langsung menuju lantai tiga, ke kamar 305. Kata Andi, mama Lisa hanya syok saja dan tidak memerlukan tindakan operasi. Tapi mama Lisa tetap harus menjalani serangkaian tes untuk melihat keadaan jantungnya. Jadi, beliau akan menjalani rawat inap hingga semua tes dan pengobatannya selesai.

"Assalammualaikum," sapa Alya begitu dia dan yang lainnya memasuk kamar rawat inap tempat mamanya terbaring.

"Waalaikumsalam," sahut papa dan Andi kompak.

Alya menghampiri mama Lisa yang sedang terbaring dengan selang infus dan oksigen yang menempel di tubuhnya. Kali ini Alya masih diberi kesempatan untuk bertemu mamanya lagi setelah mamanya drop. Tapi bagaimana jika lain kali tak ada kesempatan yang sama? 

Membayangkan hal buruk itu terjadi, tiba-tiba Alya merasa dadanya sakit. Ah, Alya lupa jika dia memiliki sakit yang sama dengan mamanya.

"Al, tenang. Kamu jangan panik. Mama baik-baik saja," kata papa Ali sambil mengusap lembut punggung Alya.

Kenapa mama harus sakit sih? Kenapa Allah seolah tak ingin Alya bisa hidup bahagia tanpa harus merasa pedihnya kehilangan? 

Alya memegangi dadanya seiring dengan air mata yang menetes di pipinya. 

"Al, tenang sayang. Kamu jangan berpikir yang macam-macam. Mama akan terus sehat, kamu juga begitu," kata papa Ali sambil memeluk putri kesayangannya itu.

"Alya takut mama ninggalin Alya, Pa. Alya nggak mau," bisik Alya pelan sambil menahan sakitnya.

"Nggak, sayang. Mama nggak akan kemana-mana," janji papa Ali. Melihat istrinya drop saja sudah membuat hatinya sakit. Bagaimana jika Alya sampai begitu juga?

Ajaibnya, seolah memiliki satu harapan yang sama, tangan mama Lisa tiba-tiba bergerak. Tak lama kemudian mama Lisa pun membuka matanya.

"Mama!" seru Alya sambil melepaskan pelukan papanya dan segera menghampiri mamanya.

"Mama gimana? Masih sakit?" tanya Alya cemas.

Mama Lisa menggeleng lalu tersenyum, "Kamu kaya baru liat mama drop saja deh. Pakai nangis lagi. Mama baik-baik saja, sayang."

"Alya takut.." rintih Alya yang langsung menghambur memeluk mamanya.

"Mama nggak akan kemana-mana sebelum melihat kamu menikah," sahut mama Lisa.

Alya melepaskan pelukan, "Harus ya soal itu dibahas lagi?"

"Loh, memang mama drop kali ini gara-gara apa? Mama stress mikirin kapan kamu mau nikah loh," balas mama Lisa.

"Ya sudah, Alya mau nikah. Puas?!" tegas Alya.

Mata mama Lisa berbinar. Senyum pun langsung menghiasi wajahnya, "Serius? Oke. Kalau gitu mama akan mulai mencari lelaki untuk dijodohkan dengan kamu."

Dijodohkan? Apa mama pikir Alya tak bisa mencari lelaki sendiri? Lagipula, banyak kok lelaki yang selama ini menyatakan cinta pada Alya. Tinggal seleksi dari mereka saja kan? Eh, tapi apa mereka bisa menerima Alya dan berjanji akan setia ya?

"Andra. Bagaimana kalau dimulai dari kamu dulu?" tiba-tiba mama Lisa bertanya pada Andra yang sejak tadi hanya mengamati dalam diam di pojok ruangan bersama Rina dan Doni.

"Soal apa ya, Tante?" tanya Andra tak mengerti.

"Mama. Please, jangan dia," pinta Alya.

"Loh kenapa? Andra cakep, dia sudah punya pekerjaan bagus, dia juga berbakti dan sayang sama keluarganya, kelihatannya dia juga baik. Tinggal buat dia jatuh cinta sama kamu deh," sahut mama Lisa.

Alya menatap Andra yang sedang tersenyum kesenangan atas pujian mama Lisa itu. Menyebalkan.

"Nggak. Alya nggak mau. Cowok nyebelin kaya dia, nggak masuk dalam daftar calon suami Alya. Titik," tegas Alya.

"Tapi Al.." 

"Padahal saya mau loh dampingi kamu sampai tua. Saya janji nggak akan meninggalkan kamu dan mau menerima segala kondisi kamu," kata Andra tiba-tiba.

Alya menatap Andra lagi. Kali ini dengan tatapan yang super tajam. Apa maksudnya Andra bicara seperti itu? Tanpa pikir panjang, Alya langsung menghampiri Andra dan menariknya keluar ruangan.

"Maksud kamu apa bicara begitu? Mau menyenangkan hati mama saya? Kalau ya, lebih baik nggak usah. Saya nggak mau kamu memberi harapan palsu apapun!" tegas Alya.

"Harapan palsu?" tanya Andra.

"Iya. Bicara mau menikahi, janji ini itu, tapi tidak ditepati. Kalau kamu hanya mau bercanda, hentikan. Saya akan bilang mama kalau perkataan kamu tadi hanya bohong," jawab Alya yang langsung berbalik hendak masuk kembali.

"Tunggu Al," cegah Andra sambil menarik tangan Alya.

"Saya serius. Saya  nggak bercanda," lanjut Andra.

Alya berbalik, melepaskan cengkraman tangan Andra dengan kasar, lalu menatap Andra sinis, "Kamu pikir saya akan semudah itu percaya dan malah kesenangan atas ucapan kamu? Maaf saya bukan perempuan lain yang mudah kamu bodohi."

"Dengar, Alya. Mungkin ini terdengar aneh. Tapi sebenarnya saya suka sama kamu sudah lumayan lama. Saya pertama melihat kamu di postingan instagram Rina. Hingga akhirnya saya selalu mengikuti keseharian kamu dan mencari tau segala hal tentang kamu. Bahkan saya yang meminta kedua orang tua saya untuk pindah ke depan rumah kamu. Saya ingin mengenal kamu lebih dekat," jelas Andra.

"Saya sering mengalami masalah dalam komunikasi dengan orang baru, terutama perempuan. Pada pertemuan pertama kita, saya nggak bermaksud membuat kamu marah. Tapi yaah, itu lah sisi lain saya yang menjengkelkan. Saya terlalu grogi hingga malah membuat kamu kesal," lanjutnya.

Alya menatap Andra lekat-lekat. Sebenarnya banyak sekali pertanyaan yang memenuhi kepala Alya. Tapi ketika melihat sorot mata Andra yang terkesan jujur dan tulus, semua pertanyaan yang membuat Alya ragu itu mendadak sirna.

"Alya, tolong kasih saya kesempatan untuk membuktikannya. Please?" mohon Andra.

Alya mengalihkan pandangannya. Keadaan seperti ini sebenarnya sudah sangat sering Alya alami. Biasanya Alya dengan mudah akan langsung menolak pernyataan cinta itu. Tapi kali ini entah kenapa Alya sampai harus berpikir keras sebelum memutuskan sesuatu.

"Saya nggak janji akan memberikan akhir yang baik sesuai harapan kamu," kata Alya kemudian.

"Jadi kamu mengizinkan saya untuk mencoba membuka hati kamu?" tanya Andra memastikan.

Alya terdiam sebentar hingga akhirnya dia mengangguk pelan.

Andra langsung tersenyum riang. Dia tak menyangka jika kesempatan ini akan datang. Sambil memandangi Alya penuh cinta Andra berkata, "Terima kasih, Al. Saya akan melakukan yang terbaik."

END
.
.
Haii haaiiii
Wah, cerbungnya sudah tamat nih. 
Bagaimana? Seru nggak? Menarik nggak?

Hiks, sejujurnya saya juga nggak yakin kalau cerbung yang dibuat dadakan seperti tahu bulat ini akan menarik. Maklum saja, cerbung ini dibuat tanpa konsep dan persiapan, hanya membiarkan idenya mengalir seperti air. Modal nekat emang, haha.

Tapi kalau boleh sedikit berbangga hati, saya  senang karena akhirnya saya berhasil mengalahkan ketakutan saya untuk menulis cerita fiksi yang dipublikaskan seperti ini. Walau hanya di blog pribadi dan yang bacanya hanya sedikit, tapi itu sudah Alhamdulillah. 

Siapa tahu berawal dari sini saya bisa semakin berani dan dapat menulis banyak karya dengan baik sehingga bisa laris manis dibaca dan disukai banyak orang. Aamiin. 

Ohya, terima kasih bagi yang sudah membaca cerita ini dari episode pertama hingga selesai. Ditunggu kritik dan sarannya agar saya bisa lebih baik lagi. 

Salam, 
Putri.

Komentar