Karena Sesuatu yang Indah Membutuhkan Usaha yang Tak Mudah



Setuju nggak sih sama judul di atas? Kalau aku sih yess, nggak tau kalau Mas Anang. Halah, jadul amat masih pakai kata-kata itu ya? wkwkwk.

Btw, belakangan ini saya lagi berada pada posisi yang bisa dibilang lelah, jenuh, bosan, yaa pokoknya sering diselimuti perasaan negatif. Saya merasa kalau hari-hari yang dijalani adalah hal yang benar-benar melelahkan, membuat saya merasa jenuh, membuat saya ingin berteriak tuk bilang: "BISA NGGAK SIH SEBENTAR SAJA AKU KELUAR DARI SITUASI INI?!"

Well, mungkin ada yang belum tahu. Sekarang saya adalah ibu rumah tangga dengan tiga suami dan satu anak eh kebalik. Dengan tiga anak dan suami. Anak saya ketiganya masih berada di usia aktif. Aktif menguji kesabaran emaknya maksudnya, haha. Si kakak saat ini berusia lima tahun lebih, si tengah empat tahun, si bungsu satu setengah tahun. Bisa dibayangkan sendiri ya bagaimana 'hidupnya' kondisi rumah saya? Belum lagi karena saya tanpa ART, jadi masih harus mengerjakan beragam pekerjaan rumah yang tanpa henti. Masyaallah, ladang pahala yang berlimpah ya?

Lalu namanya juga manusia biasa, adakalanya saya berada dalam masa drop. Tidak semangat, lelah, ingin keluar dari rutinitas harian yang tampak itu-itu saja. Yah, seperti sekarang ini. 

Kalau boleh mengeluh panjang kali lebar, kayaknya postingan ini akan bisa menjadi berpuluh-puluh halaman saking banyaknya perasaan yang saya pendam. Pendam? Kenapa dipendam? Entahlah, saya masih merasa jika apa yang dirasakan saya ini hanyalah secuil masalah dalam hidup. Saya masih merasa jika bukanlah ide baik untuk membiarkan orang lain ikut merasakan efek negatif dari aura negatif saya. Dan yang terpenting, saya tahu bahwa dibanding dengan semua keluhan saya masih lebih banyak hal baik yang harusnya saya syukuri.

Yah, itu lah salah satu trik ampuh yang bisa saya lakukan untuk mentralkan perasaan ini. Saya hanya perlu bersyukur. Melihat dan merasakan betapa banyaknya nikmat yang sudah saya miliki, yang seharusnya membuat saya tak banyak mengeluh.

Di saat banyak istri lain mengharapkan hadirnya anak untuk melengkapi kebahagiaan mereka, bahkan harus mengeluarkan banyak waktu, tenaga, dan biaya agar bisa memilikinya, qodarullah saya diberi nikmat anak tanpa perlu usaha ekstra. Saya memiliki tiga anak yang sehat dan tumbuh dengan baik. Bukankah saya termasuk orang yang kufur nikmat jika justru merasa tak berbahagia atas hal itu?

Saya bersyukur dengan hadirnya tiga malaikat di hidup saya ini. Meski dua darinya hadir tanpa saya rencanakan alias kesundulan, saya tetap menerimanya dengan penuh cinta. Yaiyalah diterima, emang bisa dibalikin? hihihi. Tapi mungkin karena hal yang diluar kuasa saya itu, saya jadi mudah merasa tidak sanggup dan lelah. Mungkin terdengar picik atau apa, tapi sungguh lah membesarkan tiga anak balita dengan rentang usia berdekatan tidak mudah, Mak. Serius.

Saya tak menyoroti soal biaya atau materi yang pastinya juga 'membengkak' karena banyak yang harus diurus. Saya meyakini satu hal di sini. Mereka membawa rezekinya masing-masing. Allah pasti akan membantu saya menyelesaikan urusan ini. Hal yang paling saya soroti itu adalah aspek psikologis dari saya, ibu mereka. Namanya perempuan biasa kan ya, saya juga baperan, gampang emosi, apalagi kalau sudah dipengaruhi oleh hal-hal luar. Misal, karena merasa lelah fisik, karena merasa kurang belaian dari suami, atau malah lagi kesal dan berantem sama suami. Itu semua mempengaruhi mood saya amat banyak loh. Imbasnya jadi kurang sabar dan bijaksana ke anak. Kalau gini yang kasian kan anaknya juga. 

Saya juga sebenarnya bukan orang yang minim ilmu. Banyak sarana belajar tentang parenting yang saya ikuti. Jadi, saya sejatinya sudah memiliki ilmu cukup lumayan dalam mendidik, membersamai, dan membesarkan anak. Tapi namanya setan ya, Mak. Dia selalu berusaha untuk membuat kita menjadi salah satu pengikutnya. Saya tetap saja sering abai sama ilmu parenting yang sudah saya dapat. Saya tetap mudah marah, suka menyalahkan dan membandingkan, yaa intinya itu ilmu parenting seperti menguap begitu saja. Astghafirullah. 

Maka dari itu, saya merasa jika mendidik anak dengan baik itu tidak lah mudah. Terlebih bagi saya, yang dipercaya untuk mendidik tiga anak sekaligus. Saya harus menjaga mood tetap baik agar tak menjadi ibu yang pemarah, saya harus menjadi ibu yang kreatif agar bisa memaksimalkan semua bakat anak tanpa ada yang terlewat, saya harus bisa membagi cinta dengan sama  rata agar tak ada yang merasa diabaikan, beuuh pokoknya banyak banget PR saya untuk mereka.

Karena beban itu lah. Eh, mungkin bukan beban ya. Lebih kepada tanggung jawab. Karena tanggung jawab itu lah, mungkin justru membuat saya mudah stress hingga rasa lelah, jenuh, dan rasa ingin keluar dari hidup keseharian sering datang. Belum lagi perasaan rendah diri juga akhirnya ikut menghampiri. Apa saya sanggup menjadi ibu yang baik? Apa saya bisa menjadikan mereka anak-anak yang baik? 

Tapi saya yakin. Allah mempercayakan saya tiga malaikatNya, pasti karena Allah rasa saya mampu melewatinya. Bukankah ini yang Allah lakukan? Memberikan sesuatu berdasarkan kekuatan hambaNya. Jadi, seberat apapun, sebanyak apapun keringat dan air mata saya yang tumpah, saya pasti akan selalu bisa bangkit dan menjalankan peran ini dengan baik. Lalu sekalipun nanti akhir dari segala usaha yang saya lakukan ini kurang baik, Allah pasti akan tetap menerima semua apa yang sudah saya lakukan kan? 

Jadi, mari semangat lagi!
Bagaimana bisa punya anak yang kuat kalau ibunya lemah?
Bagaimana bisa meraih surga, jika saya mudah menyerah?

Yup, ujung semua rasa dan semua hal yang saya lakukan ini adalah surga. Itu balasan terindah yang didapatkan seorang ibu. Tapi karena indah itu, tentunya perlu banyak usaha yang tak mudah kan? So, untuk saya juga para ibu yang juga sedang berjuang untuk anak-anaknya, Bismillah. Kita perempuan hebat, tak terkalahkan. Kita lah sebaik-baiknya tumpuan bagi anak-anak kita. Meski tak bisa menjadi sosok yang sempurna, tapi kita akan selalu ada untuk mereka.


Komentar