Yuk Menyanyi: Banjir Pergilah! Janganlah Datang Lagi!

Semangat Senin!

Setelah weekend kemarin harus berjibaku dengan air yang tumpah ruah di jalanan alias banjir, akhirnya bisa kembali menjalani hari dengan normal. Bangun pagi lagi, mengabdi pada suami dan anak lagi *eaaa.

Sepertinya pengalaman kebanjiran kemarin Sabtu ini akan jadi cerita bagi kami. Setelah tujuh tahun tinggal di rumah mungil kami, akhirnya kami merasakan yang namanya kebanjiran lumayan parah karena sampai masuk depan teras. Ah, segitu aja parah! Lebay deh. Mungkin emang lebay, tapi itulah kenyataannya. Biasa nggak banjir, eh tau-tau banjir. Kan nggak siap, kaget, bingung, kesel juga pastinya. Hawanya kan langsung pengen pindah aja. Wkwkwk.

Saya dan suami pun iseng mikir penyebab kenapa bisa banjir. Selain karena intensitas hujan yang tinggi (hujan dari jam 11an malam sampai pagi), juga dikarenakan sampah, daerah resapan air, pasti juga karena hal lain. Apa tuh? Semenjak ada pembangunan perumahan sebelah yang entah kenapa dia aja yang jadi aman banjir sementara perumahan lainnya kelelep, juga karena adanya pembangunan tol yang mungkin menghambat laju air mengalir sampai jauh. 

Hehe, sok tau mungkin sih. Tapi namanya korban banjir pasti suka nyari-nyari kesalahan orang kan? Kaya istri aja yang suka nyari kesalahan suami kalau lagi PMS *eh.

Yaah tapi apapun yang menjadi alasannya, kebanjiran kemarin memang cukup ngeri loh. Bayangin aja, danau depan cluster perumahan hampir full. Kalau sampai itu tanggul danau jebol gimana? Kalau sampai hujan terus gimana? Wah, bukan hanya teras aja kayaknya yang bakal dimampirin air banjir. Dapur bahkan kamar tidur pasti mau diicipin juga sama tu air. Ngeri!

Mau ngungsi pun susah karena akses keluar perumahan kerendam banjir. Naik motor, mobil, nggak bisa. Ya kali bawa tiga anak keluar perumahan jalan kaki? Selamet nggak, tepar iya.

Tapi kebanjiran kemarin masih ada banyak hal juga yang kami syukuri. Listrik yang sempat padam di malam hari ketika hujan mulai lebat, akhirnya nyala kembali di pagi harinya. So, aktivitas dan kenyamanan kami nggak terganggu. Masih bisa masak nasi, nonton tv dan menikmati wifi, intinya kaya biasa aja. Bedanya cuma lihat air coklat luber aja di jalanan. 

Terus alhamdulillah kebiasaan food preparation alias menyetok bahan makanan untuk beberapa hari sekaligus ternyata cukup membantu. Nggak ada tukang sayur, nggak bisa keluar rumah, semua tetap aman karena ada stok bahan makanan yang bisa dimasak dan dimakan. Kami jadi nggak ngerasain tuh yang namanya kelaparan saat hujan dan banjir. Tau sendiri kan kalau hujan dan banjir adalah alasan sempurna untuk gagal diet? Hawanya mau makan terus.

Alhamdulillahnya lagi, banjir cuma mampir di ujung teras. Kami nggak perlu bingung mau duduk dimana, tidur dimana, beresin pasc banjirnya gimana, naro barang-barang dimana kalo banjir sampai masuk rumah dan menenggelamkan semuanya. Duh, udah kebanjiran, bingung gimana supaya anak-anak tetap nyaman, mesti beli perabot lagi pasca banjir. Sakitnya dobel nggak sih?

Lalu yang utama adalah saya, suami, anak-anak, alhamdulillah bisa kumpul sama-sama dalam keadaan sehat. Mau banjir dateng, panas terik, mati lampu, hujan deras, asal kumpul dan sehat semua, itu adalah hal yang paling indah banget. Serius. Apalah hidup dalam keadaan nyaman dan enak kalau salah satu hal itu nggak kami miliki? Anyep. 

Jadi, apapun cerita kami kemarin kami tetap bersyukur, tetap yakin bahwa akan ada panas mentari kembali setelah banjir. Kuy, kita nyuci baju yang numpuk! 😁😁

Ohya, ini beberapa dokumentasi soal banjir kemarin. Semoga bisa jadi cerita dan kenangan.

Ini keadaan Minggu pagi. Depan rumah sudah surut, tapi depan gerbang cluster masih lumayan dalam.

Ini Sabtu pagi. Ketika bangun tidur dan mendapati jalanan banjir. Ayah lagi bantu tetangga sebelah ngungsiin mobil.

Ini banjir terparah kami.

Banjir tampan depan. Benar-benar berharap cuma sampai situ aja, jangan doyan.

Ceritanya main banjiran tapi takut karena lumayan dalam bagi mereka. Cuma berani di teras aja.

Minggu pagi, alhamdulillah air mulai surut.

Kaka Khay yang nyobain turun ke jalan. Ngeri dia. Haha.

Kaka Nayy yang takut dan jijik pas dibilang kalau di dalam banjiran ada kecoa, tikus, kelabang, dll.


Salam,

Putri.


Komentar

  1. Semoga banjirnya nggak keterusan dan krasan pengen balik lagi ya.

    BalasHapus

Posting Komentar